Info Biografi Ulama Dunia !!

Imam Al Ghazali : Menata Hati Saat Membaca Alquranul karim

Imam Al Ghazali : Menata Hati Saat Membaca Alquranul karim - Selamat datang di blog Ulamainfo !!, Info kali ini adalah tentang Imam Al Ghazali : Menata Hati Saat Membaca Alquranul karim !! Semoga tulisan singkat dengan kategori adab !! adab membaca alquran !! allah !! alquran !! Artikel !! Doa !! guru ngaji !! Hikmah kehidupan !! ihya ullumuddin !! Imam Al Gazhali !! islam !! Islam Agamaku !! manusia !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema Imam Al Ghazali : Menata Hati Saat Membaca Alquranul karim ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb.
Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ullumuddin bab etika membaca alquran menerangkan beberapa hal yg terkait dalam tata cara menata  hati ketika kita membaca Al Quranulkarim. Terkadang atau seringkali dalam membaca Al Quranulkarim hati kita kosong, tidak ada Allah swt di dalam hati kita, padahal Al Quranulkarim itu sendiri merupakan kalam-Nya. Bagaimana mungkin kita bisa memperoleh barokah membacanya jika Allah swt sebagai pemiliknya kita lupakan. Untuk itu ane kira penting kita memahami apa yg Imam Ghazali ajarkan mengenai adab atau bagaimana menata kondisi hati agar kita mampu memperoleh keberkahan di dalam membaca kitab Al Quranulkarim, ada sepuluh hal (sikap) yg terkait di dalam hal ini, yaitu :
  1. Fahmu ashl al-kalam, yaitu mengerti dan menyadari betapa agungnya kalam illahi ini (Al Quranulkarim). Allah swt memberikan anugerah dan taufik-Nya pada saat kitab ini diturunkan-Nya kepada derajat yg mampu difahami oleh makhluk-Nya.Kalau pengalaman ane sih, biasanya sebelum membaca, ane tawassul dulu ke rasul kemudian ke orang tua (untuk riyadoh ane baca tawasul sanad guru juga). Kemudian menyatakan niat dan memohon ampunan bila ada salah dalam membaca, memohon bimbingan dalam membaca baru kemudian berdoa untuk kedua orang tua, setelah itu di dahului dgn membaca surat Alfatehah (Surat ini selalu dibaca terlebih dahulu setiap akan membaca AlQuran)

  2. At-Ta’zhim, yaitu pada saat kita memulai membacanya/mendaras Al Quranulkarim sepatutnya kita merasakan keagungan Allah swt di dalam hati (menghadirkan Allah swt di dlm hati kita). Menyadari bahwa kalam ini berasal bukan dari ucapan manusia melainkan ucapan Allah swt, Tuhan semesta alam.

  3. Hudhur al-qalb, yaitu meninggalkan bisikan nafsu (hati yg Khusyuk), dalam menafsirkan ayat,”Wahai Yahya, ambillah kitab ini dgn sungguh-sungguh.” (QS Maryam : 12) maksudnya adalah ketika dia membaca Al Quranulkarim konsentrasinya hanya kepada Al Quranulkarim dan tidak berpaling kepada yg lain.

  4. At-Tadabbur, yaitu setelah hati mampu khusyuk di dalam membacanya maka renungilah atau tadabburilah setiap ayat yg kita baca. Imam Ali ra mengatakan,”tidak ada keistimewaan dalam ibadah yg tidak dipahami, dan di dalam bacaan yg tidak ditafakuri dan direnungkan maknanya.”

  5. At-Tafahhum, yaitu menafsirkan setiap ayat dengan penafsiran yang patut (bagi yang memiliki kemampuan/ilmu). Sebagai orang awam, kita tidak cukup mampu untuk menafsirkan atau ditakutkan salah dalam menafsirkan, sebagaimana hadist Rasul Mulia saw,"Barangsiapa mengulas atau menafsirkan AlQuran tanpa ilmu pengetahuan maka bersiaplah menduduki neraka." (HR Abu Dawud) oleh karena itu bacalah kitab-kitab tafsir Quran yg ditulis oleh para ahli. Hanya saja cobalah merenungi setiap nama-nama Allah swt, sifat para nabi, kekuasaan-Nya, sifat orang-orang dzalim, perintah dan larangan-Nya, berita tentang hari akhir dll. Agar rahasianya bisa terkuak melalui ilham yg datang dari Allah swt.

  6. At-Takhalli ‘an mawani’ al-fahm yaitu menjauhi hal-hal yang bisa menghalangi kita dari pemahaman terhadap Al Quranulkarim.  Menurut Imam Al Ghazali ada empat hal yg mampu menghalangi kita dari pemahaman terhadap kandungan Al Quranul karim, yaitu :

    1. Hanya terpaku kepada indahnya bacaan, terpaku pada makhraj huruf dan tajwidnya saja sehingga memalingkan kita dari kehendak memahami Al Quranulkarim.

    2. Terpaku pada pemahaman mahzabnya saja, taklid buta, yg menyebabkan kita fanatik dan kaku. Walaupun hanya berdasarkan dari apa yg kita dengar saja, pada akhirnya kita akan menolak pemahaman dari mahzab lain walaupun itu bisa jadi merupakan hal benar.

    3. Selalu berbuat dosa, memiliki sifat sombong dan cinta harta dunia. Kita harus menyadari bahwa tidak akan mungkin bersatu dalam satu wadah antara dosa dan pahala, antara kebaikan dan keburukan. Semua hal di atas akan menyebabkan hati menjadi gelap dan keruh, seperti debu, ia akan menghijab Al Qurannulkarim dari hati kita. Semakin kita jauh dari hal-hal tsb maka semakin jelaslah makna Al Qurannulkarim dalam cermin hati.

    4. Membaca tafsir atau memahaminya secara tekstual (apa adanya) dan meyakini bahwa tidak ada makna/tafsir Al Qurannulkarim selain dari tafsir yg diperolehnya dari Ibnu Abbas atau para mujahid tertentu saja, selain dari tafsir-tafsir tsb maka tertolak.

  7. At-Takhshish, yaitu menyadari dan memastikan bahwa kitalah yg dimaksudkan oleh Al Qurannulkarim. Jika mendengar/membaca perintah dan larangan, maka kita merasa bahwa kitalah yg diperintah dan dilarang oleh Allah swt, begitupun bila membaca mengenai janji dan ancaman.

  8. At-Ta’assur, yaitu hati yg peka ketika kita membaca berbagai pesan yg tersurat dari berbagai ayat. Setiap kali membaca suatu pesan dari Al Qurannulkarim, maka hati dan perasaannya berada dalam kondisi tertentu, bisa sedih, gembira, takut dan lain-lain. Janganlah kita membaca kitab-Nya seolah-olah sedang mendongeng, tidak ada perasaan apapun ketika membaca. Rasul Mulia Muhammad saw bersabda,”bacalah Al Quran, hingga kalian larut di dalamnya dan kulit kalian menjadi lemas karenanya,jika tidak begitu, maka sama halnya kalian tidak membacanya.” Senada dengan firman Allah swt dalam surat Al-Anfal ayat 2 yg berbunyi,”Yaitu orang-orang yg ketika disebut nama Allah hatinya merasa takut dan manakala ayat-ayatNya dibaca iman mereka bertambah. Dan, pasrah kepada Tuhan mereka.” Membaca Al Qurannulkarim dengan benar adalah bilamana lisan, akal, dan hati bersatu di dalamnya. Tugas lisan adalah membenarkan bacaan huruf dgn tartil, tugas akal menafsirkan makna-maknanya sedangkan hati menerima dan mengikuti larangan dan perintahnya. Dengan kata lain lisan membaca dgn tartil, akal menerjemahkannya sementara hati menerima anjurannya.

  9. At-Taraqqi, yaitu kondisinya selalu meningkat sehingga seolah-olah kita mendengar ucapan dari Allah swt secara langsung. Menurut Imam Ghazali ada tiga macam tingkatan pembaca Al Qurannulkarim, pertama, Seorang pembaca yg mampu membayangkan/mengilustrasikan seolah-olah dia membaca di hadapan Allah dan Allah swt sedang melihat dan mendengar bacaannya, ini adalah tingkatan orang yg meminta, mengambil dan rendah hati. Kedua, seorang pembaca yg hatinya yakin bahwa Allah sedang melihatnya, bertutur kata kepadanya dgn lembut dan membisikinya dengan kenikmatan dan kebaikan-Nya sedang diapun merasa malu kepada-Nya, mengagungkan-Nya, mendengar dan memahami firman-firmanNya. Inilah derajat ashabul yamin (orang-orang yg menerima kitab dari sebelah kanan). Ketiga, yaitu Seorang pembaca yg melihat orang yg berucap (mutakallim) dan dalam kata-kata itu dia mengetahui sifat-sifatNya. Tujuannya hanya kepada Allah swt (Sang Penutur, Mutakallim), pikirannya hanya tertuju kepada-Nya, seolah-olah dia larut menyaksikan-Nya. Inilah derajat muqarrabin (orang-orang yg dekat kepada Allah swt).

  10. At-Tabarri, yaitu seseorang yang melepaskan diri dari segala daya dan kekuatannya. Dia melihat dirinya berada di antara ridha dan penyucian diri. Tentang apapun ayat yg dibacanya maka tidak lepas darinya doa permohonan dan ampunan. Ketika dia membaca ayat yg berbicara janji dan pujian bagi orang saleh maka dia tidak melihat dia termasuk ke dalam golongan itu melainkan melihat orang-orang yg yakin dan teguh keimanannya kemudian dia berdoa kepadaNya agar dikumpulkan bersama mereka. Sedangkan bila dibacanya ayat tentang ancaman dan kemurkaan Allah swt maka dia merasa dialah yg dituju oleh ayat tersebut, gemetar dan takutlah dia seraya berdoa memohon ampunan.

Marilah kita berdoa kepada Allah swt agar kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yg mampu membaca Al Qurannulkarim dengan benar, yaitu bilamana lisan, akal, dan hati bersatu di dalamnya. Tugas lisan adalah membenarkan bacaan huruf dgn tartil, tugas akal menafsirkan makna-maknanya sedangkan hati menerima dan mengikuti larangan dan perintahnya. Dengan kata lain lisan membaca dgn tartil, akal menerjemahkannya sementara hati menerima anjurannya.

Wassalamualaikum Wr Wb.
Jakarta, 16 maret 2012



Demikianlah Artikel Imam Al Ghazali : Menata Hati Saat Membaca Alquranul karim, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Imam Al Ghazali : Menata Hati Saat Membaca Alquranul karim ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Imam Al Ghazali : Menata Hati Saat Membaca Alquranul karim ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.

Back To Top
close